suatu kali ada seseorang bertanya padaku,
- mei sudah nikah
* belum mas
- sudah punya pacar tentunya
* kebetulan tidak suka pacaran
- kok?
* (Cuma tersenyum)
- nggak pengen nikah nich? temen-temen mei udah pada punya anak kan?
* ya pengen donk mas
- kok gak nyari?
* sudah nyari, tapi mungkin gak ada yang suka sama saya, mas!
- ah... mei terlalu pilih-pilih sih...
* mo pilih-pilih gimana? yang dipilih gak ada kok!
- masa? gak percaya ah...ato mungkin di hati mei sudah ada 1 nama?
* (hanya tersenyum)
- klo diam, saya artikan "iya" lho...
* (tersenyum lagi)
- kenapa gak di kejar aja?
* (lagi..lagi.. tersenyum)
- ato sudah putus asa nich?
* saya harap bisa ketemu orang lain, mas!
- klo mei, pengen bertemu yang lain maka harus bisa melepaskan si dia, bagaimana bisa, jika ditangan sudah ada yang di genggam mo menggenggam yang lain?
begitulah, hati itu seperti genggaman, jika genggaman sudah penuh jadi mana mungkin akan bisa genggaman yang lain?
menurutku, hati itu seperti rumah siput, seperti rumah keong, klo rumah itu sudah ada penghuninya mana mungkin bisa di huni siput yang lain? jadi jika kamu menginginkan penghuni lain untuk memasuki hatimu maka kamu harus mengeluarkan penghuni lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar